Depresi Picu Serangan Jantung


RISET terbaru menyebutkan orang yang merasa tidak nyaman dengan hubungannya, cenderung berisiko terkena penyakit kardiovaskular dan gangguan kesehatan lainnya.

Memang menjalin hubungan dengan pasangan ataupun teman dibutuhkan saling pengertian bahkan pengorbanan. Bagi mereka yang berhasil dalam hubungan ini, maka pertemanan ataupun hubungan yang hangat akan datang sebagai ganjarannya. Namun, bagi mereka yang gagal dalam hubungan pertemanan maupun asmara, dengan kata lain merasa tidak nyaman dan mantap pada hubungan yang tengah dibina, bukan saja mengandung risiko hidup sendirian. Penelitian terbaru yang dilakukan tim peneliti dari Amerika Serikat menyebutkan orang semacam ini mempunyai risiko tinggi mengalami gangguan kesehatan.


Bahkan, mereka yang merasa tidak mantap berhubungan atau justru menghindari untuk dekat dengan orang lain ternyata memiliki risiko terbesar akan bahaya gangguan kesehatan. Hal ini sejalan dengan analisis yang dilakukan baru-baru ini yang diterbitkan dalam jurnal Health Psychology. Tim peneliti meneliti sebanyak 5.645 orang dewasa dengan kisaran usia antara 18 sampai 60 tahun. Dari penelitian yang dilakukan tersebut, ternyata terdapat hubungan antara orang yang menolak berhubungan dengan orang lain, atau merasa tidak mampu untuk berhubungan dengan orang lain, dengan risiko gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan yang dialami seperti sakit kepala yang serius.


Sementara, orang yang merasa tidak nyaman berhubungan dengan orang lain malah mempunyai risiko gangguan kesehatan yang lebih serius. Orang dengan tipe macam ini mempunyai kecenderungan untuk mengkhawatirkan hubungan yang tengah mereka jalin. Perasaan takut ditolak dalam usaha membangun suatu hubungan hingga perasaan sangat bergantung dan merasa bahwa orang lain malah cenderung menjauh.


Beberapa perasaan yang muncul tersebut erat kaitannya dengan isu kesehatan dengan cakupan yang lebih luas. Sebut saja gangguan yang berhubungan dengan jantung, misalnya stroke, serangan jantung, dan tekanan darah tinggi. Perasaan khawatir yang tidak berdasar ini juga ada kaitannya dengan sakit menahun ataupun peradangan.


“Kebanyakan penelitian kesehatan yang berkaitan dengan hubungan yang dijalin seseorang, berfokus pada dampaknya bagi kesehatan, yakni rasa tidak nyaman pada diri. Rupanya di balik itu semua berdasarkan penelitian yang kami lakukan, hubungan yang tidak mantap ini juga erat kaitannya dengan gangguan penyakit jantung,” kata Lachlan A McWilliams dari Universitas Acadia selaku ketua peneliti kegiatan ini.


Lachlan mengatakan, penemuan ini menyimpulkan bahwa hubungan yang tidak membuat nyaman dapat menjadi faktor risiko akan gangguan kesehatan yang lebih serius, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, yakni gangguan kardiovaskular.


“Penelitian ini diperlukan guna membuktikan apakah permasalahan dalam suatu hubungan dapat memunculkan risiko gangguan kardiovaskular seperti serangan jantung,” urainya lagi seperti dikutip dariHeathday.com. Karenanya, Laclahn mengatakan perlu adanya intervensi dalam meningkatkan kualitas hubungan sehingga berdampak positif pada kesehatan.


Disadari atau tidak, emosi erat hubungannya dengan kesehatan seseorang. Menurut Dr David J Abbott MD, tubuh merespons cara berpikir Anda, kemudian merasakan dan melakukan tindakan. Hal inilah yang dinamakan koneksi pikiran dan tubuh atau mind/body connection. “Apabila Anda sedang dilanda stres, kegelisahan atau kesedihan, tubuh akan mengatakan kepada Anda bahwa ada sesuatu yang salah. Misalnya saja, tekanan darah menjadi tinggi atau perut menjadi sakit ketika Anda kehilangan seseorang,” kata David.


David memberikan tanda-tanda fisik sebagai akibat dari kesehatan emosi jiwa yang tidak seimbang. Di antaranya sakit punggung, perubahan selera makan, mengeluh sakit di dada, konstipasi atau diare, mulut menjadi kering, kelelahan yang amat sangat, sakit kepala, tekanan darah meninggi, insomnia, gangguan seks, dan masuk angin, serta berat badan yang naik atau justru turun.


Nah, kesehatan emosi yang terganggu ini berpengaruh pada sistem imunitas tubuh. Membuat penderitanya mudah terkena flu dan penyakit infeksi lainnya ketika sedang menghadapi situasi yang tidak menentu. “Ketika Anda sedang stres atau gelisah, tentunya jadi malas olahraga, malas makan atau meminum obat. Malah merasa bergantung pada alkohol, rokok, bahkan narkotika. Inilah tanda-tanda emosi yang sedang sakit,” kata David.


Mungkin saja walaupun sedang dilanda masalah, ada beberapa orang yang tetap merasa tidak nyaman mengatakan perasaan yang dialaminya kepada dokter. Apalagi untuk menceritakan tentang kehidupan pribadi. Hal ini yang dikatakan David sebagai suatu kesalahan. Padahal, dokter juga tidak selalu bisa mengetahui apakah pasiennya sedang mengalami stres hanya dengan melihat penampilan mereka. Maka itu, penting untuk berkata sejujurnya kepada dokter mengenai perasaan yang dirasakan saat itu.


Dokter kemudian akan memberi jalan dengan terlebih dahulu memastikan gangguan fisik yang pasien alami bukan karena gangguan kesehatan yang lain. Jika gangguan yang dialami tersebut benar lantaran gangguan emosi, maka dokter pun akan mengobati gejala fisik yang pasien alami, sementara pasien tersebut juga berupaya untuk mengatasi kesehatan emosinya itu.
(Sumber : Koran SI/Koran SI/tty)

0 komentar:

Posting Komentar